![]() |
Aku dan calon presidenku |
Wah, mungkin tidak ya? Rasanya
sih mungkin. Dan saya menaruh harapan besar kalau anak saya akan menjadi
presiden saya kelak. Kok bisa yakin begitu? Tentu karena asuhan yang tepat yang
akan saya berikan untuknya sehingga menjadi modal baginya antara lain karakter
yang baik, pikiran yang tajam, serta kemampuan analisis yang kuat. Kenapa tiga
hal itu? Jawabannya, ya lihat saja kondisi bangsa kita sekarang. Karakter para
pemimpin sudah mulai kabur. Korupsi merajalela begitu saja. Bukan makin hilang
tapi makin bertumbuh dan dilakukan terang-terangan pula. Pikiran yang tajam pun
seakan tak dimiliki juga oleh pemimpin kita. Kebutuhan pokok rakyat sudah jelas
di depan mata, tapi apa kebijakan yang diambil para pemimpin? Harga-harga
semakin meroket, semakin tak terjangkau. Jangankan hanya untuk membeli beberapa
ons daging sapi, membeli sebongkah tempe saja sudah sulit karena harga kedelai
yang meroket. Padahal kedelai lokal ada. Harusnya itu yang diberdayakan. Harga
kedelai naik tapi harkat hidup petani kedelai apakah otomatis naik juga?
Ternyata tidak malah berbanding terbalik. Hidup mereka tetap pas-pasan.
Bagaimana dengan kemampuan analisis para pemimpin kita saat ini? Rasanya sulit
diandalkan. Wong analisisnya tidak dilakukan sendiri kok… melainkan dilakukan
oleh para ahli. Mereka mengeluarkan hasil analisis, para pemimpin tinggal
menggunakan, eh… toh tidak digunakan juga. Sayang sungguh sayang. Harapan
berbanding terbalik dengan kenyataan.
Tapi saya punya harapan
tersendiri. Saat ini saya tengah mengandung si buah hati. Anak inilah harapan
saya di masa mendatang. Dia akan mampu membawa perubahan. Dia akan menjadi
pemimpin yang sejati. Syaratnya? Tentu saja, dia harus dididik dengan baik.
Siapa yang paling berperan dalam mendidiknya? Tentu saja saya sebagai ibunya.
Kenapa ibu berperan lebih
penting? Tak dapat dipungkiri kalau seorang ibu atau seorang perempuan
diberikan karunia khusus yang tak dapat dilakukan kaum lelaki. Seorang
perempuan diberkahi dengan karunia untuk hamil dan melahirkan. Karunia untuk
membawa si anak dalam kandungannya selama 9 bulan lebih hingga saat melahirkan.
Selama proses kehamilan itu, ibu dan anaknya mempunyai ikatan hormonal yang
kuat lewat sebuah organ unik bernama plasenta. Bahkan saat setelah lahir pun
peran seorang ibu sangat besar, hanya seorang ibulah yang beroleh karunia untuk
memberikan nutrisi terbaik bagi anaknya lewat proses menyusui.
Saat anak-anak bertumbuh, ibu memiliki peran
yang unik dalam membimbing anak laki-laki dan perempuan membangun perkembangan
psikologis yang sehat. Seperti riset yang dilaporkan dalam Journal of Genetic
Psychology menjelaskan, mempunyai “sebuah ingatan tentang kehadiran seorang ibu
yang selalu ada dan memberikan perhatian penuh, diperkirakan akan menurunkan
angka rasa kesepian, mengurangi depresi, mengurangi kecemasan, menimbulkan rasa
percaya diri lebih tinggi dan lebih tahan dalam berurusan dengan tantangan
kehidupan”. Dengan kata lain, peran ibu itu penting untuk jangka panjang yang sering
juga disebut oleh para ekonom sebagai long-term
human capital formation (pembentukan formasi sumber daya manusia jangka
panjang).
Lalu mungkinkah kelak dia akan
menjadi seorang presiden? Kenapa tidak mungkin?
“Tuhan
memberkati ibu saya, semua tentang saya atau apa yang pernah saya harapkan
untuk menjadi, saya tetap berutang kepada ibu saya. “ -Abraham Lincoln-
Bagaimana keadaan keluarga yang telah
menciptakan para presiden? Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan yang mereka jalani
membentuk masa depan mereka dan kita?
Ketika seseorang berpikir tentang kualitas
kepemimpinan George Washington dan Theodore Roosevelt atau kecakapan
intelektual John Adams dan Abraham Lincoln, atau bahkan berpikir tentang
bagaimana Sukarno sebagai bapak bangsa ini membawa bangsanya menjadi merdeka,
rasanya sangat sulit membayangkan mereka sebagai anak-anak. Membayangkan mereka
dahulu sebagai seorang anak bahkan lebih sulit daripada membayangkan siapa sih
orangtua mereka, terutama untuk para pemimpin terkenal di masa lalu.
Mereka-mereka yang luar biasa kecerdasannya, dan sikap politiknya. Bagaimana
membayangkan beberapa karakter tersebut sudah pernah tampak sebelumnya pada
saat mereka masih di usia kanak-kanak?
Ternyata dalam perkembangan masa anak
ada beberapa tugas yang harus dikerjakan. Adapun tugas-tugas perkembangan masa anak
adalah sebagai berikut:
1. Mempelajari ketrampilan fisik
Masa anak adalah masa ketika
potensi-potensi fisik sedang mengalami perkembangan pesat. Dalam pelaksanaan
tugas perkembangan ini, dibutuhkan fasilitas lingkungan yang memadai untuk
ruang gerak anak yang semakin meluas.
2. Membangun sikap yang sehat
mengenai diri sendiri sebagai mahluk yang sedang tumbuh
Anak perlu dibantu untuk
menyadari pentingnya melaksanakan tugas perkembangan ini, agar perkembangan
fisik dan psikologisnya berlangsung optimal. Perlu diciptakan suasana yang
kondusif agar anak memiliki semangat yang tinggi untuk melaksanakan tugas
perkembangan tersebut, seperti suasana rumah yang bersih, rapi dan nyaman agar
nafsu makan anak optimal, dan aktivitas anak tidak terganggu.
3. Belajar menyesuaikan diri
dengan teman-teman seusianya
Anak adalah mahluk sosial yang
membutuhkan teman bermain untuk mengasah kompetensi sosialnya. Oleh karenanya
perlu diciptakan area bermain yang memadai, dalam arti cukup luas, aman, nyaman
dan masih dalam pantauan orang dewasa.
4. Mulai mengembangkan peran
sosial laki-laki atau perempuan secara tepat
Anak adalah mahluk Tuhan yang
masih memiliki masa hidup panjang. Oleh karenanya mereka perlu belajar dan
menguasai peran sosial yang sesuai dengan jenis kelaminnya. Misalnya sebagai
anak lelaki, apa yang harus diperankan dimasyarakat. Sebagai anak perempuan,
peran apa yang paling sesuai untuk dilaksanakan. Dalam hal ini mereka
membutuhkan ”model” yang tepat dari orang-orang dewasa yang ada di sekitarnya.
5. Mengembangkan
ketrampilan-ketrampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung
Ketrampilan membaca, menulis dan
berhitung adalah keterampilan dasar yang secara umum potensinya telah dimiliki
anak sejak dilahirkan. Untuk mengembangkannya anak membutuhkan pembimbing dan
fasilitas yang memadai untuk melaksanakan tugas ini. Tugas perkembangan dapat
dilaksanakan secara individual maupun kelompok.
6. Mengembangkan
pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari
Sebagai mahluk sosial, anak perlu
memiliki pengertian dan pemahaman tentang kebiasaan dan nilai-nilai (moralitas)
masyarakat setempat. Tugas perkembangan ini perlu diberikan sedini mungkin,
terutama dalam mengantisipasi masuknya moralitas pendatang/ orang lain.
7. Mengembangkan hati nurani,
pengertian moral, dan nilai
Tugas ini adalah kelanjutan dari
tugas sebelumnya. Anak perlu mengoptimalkan fungsi hati nurani, dalam rangka
memahami moralitas dan nilai-nilai di masyarakat yang kadang bersifat
heterogen.
8. Mengembangkan sikap terhadap
kelompok-kelompok sosial
Anak hidup di masyarakat. Oleh
karenanya mereka perlu untuk belajar menyesuaikan diri dengan berbagai
karakteristik kelompok sosial, agar mereka mampu berperan secara optimal di
masyarakat yang lebih luas.
9. Mencapai kebebasan pribadi
Anak bukan miniatur orang dewasa,
oleh karenanya anak membutuhkan kebebasan pribadi untuk mengaktualkan
potensi-potensi yang dimilikinya secara optimal. Meski pun demikian, bukan
berarti anak harus diberi kebebasan mutlak, mereka tetap membutuhkan bimbingan
dari orang dewasa.
Nah, dalam melaksanakan
tugas-tugas tadi perlu diperhatikan juga perkembangan emosi dari anak tersebut.
Emosi adalah perasaan atau afeksi yang timbul ketika seseorang sedang berada
pada suatu keadaan atau suatu interaksi yang dianggap penting olehnya, terutama
well-being dirinya (Campos dan Saarni, dkk, dalam Santrock, 2008). Pola
perkembangan emosi dipengaruhi oleh faktor herediter, lingkungan, dan kondisi
kesehatan anak.
Pola emosi masa anak menunjukkan kecenderungan untuk tetap
bertahan hingga masa dewasa, kecuali anak mengalami perubahan situasi yang
radikal, baik lingkungan (hubungan personal-sosial) maupun kesehatan fisik
(Santrock, 2002, dan Thompson & Lagattuta, dalam McCartney & Phillips,
2008).
Untuk mencapai kematangan emosi
perlu adanya pelatihan dan pembiasaan untuk menyeimbangkan dan mengendalikan
emosi. Yang dimaksud dengan mengendalikan emosi adalah mengarahkan energi emosi
ke dalam saluran ekspresi yang berguna dan dapat diterima secara sosial
(Hurlock, 1991,1996; Soemantri, 2005; Santrock, 2008).
Kalau itu semua sudah dilakukan,
tinggallah kita sebagai orang tua banyak-banyak berdoa agar semua yang telah
kita jadikal bekal buat anak kita bisa membawanya menjadi seseorang yang
berguna bagi keluarga, nusa bangsa dan agama. Jadi presiden? (Sambil elus-elus
perut) Why not?
Bacaan:
Psikologi Perkembangan Anak,
Prasetyaningrum, Juliani, Dra. Msi. Psi. Workshop Urban Neighbourhood and
Children Spaces, Agustus, 2009.